Sabtu, 06 Desember 2014

Thailand : Backpacking with Parents (1)


Pernah backpacking bareng orang tua ?

Yup, saya pernah !!

Maret 2010 lalu saya dan keluarga (papa, mama dan adik) keluyuran model backpacker di Thailand.
Dan itu tampak nya berakhir nightmare bagi orang tua saya karena mereka ga mau pergi jauh lagi bareng saya.
Ya gimana nggak, hampir 10 hari keluyuran itu pasti cape buat mereka, jalan, jalan dan jalan, makan ga sesuai lidah, panas, kelamaan naik bis bangkok - phuket, ketipu supir taksi di phuket, plus di akhiri dengan berantem masalah bawaan yang ditahan sama petugas bandara saat mau pulang.

Saat itu saya asumsikan tanggung jawabnya full di pundak saya.
Mulai dari plan hingga saat perjalanan, saya minimalkan porsi mereka
Tapi tetap saja tidak bisa senyaman saat ikut tur
Saya lupa mereka sudah tua dan tidak sesigap dan se fit kami yang kami muda............
Ujungnya kayaknya nambah dosa gw ke orang tua gw :(

Jadi gini ceritanya :

Awalnya sebetulnya rencananya hanya saya dan adik yang ingin keluyuran di Thailand.
Tapi kemudian mama pengen ikut, dan tentunya menyeret papa bersamanya.
Dari awal sudah diwanti - wanti bahwa ini adalah trip yang diatur sendiri dan ga boleh rewel atau komplen.
So far mereka setuju.
Plan kami secara garis besar kami adalah sbb :
Jakarta - Bangkok - Chiang Mai - Bangkok - Phuket - Jakarta.

Dalam perjalanan itu, seluruh booking hotel kami lakukan on site.
Semata supaya mama bisa milih hotel yang sesuai dengan hatinya.
Jadilah sesampainya di bangkok, sesuai saran buku - buku perjalanan itu, kami naik taksi ke rambutri road,
lalu keluar masuk hotel sampai mama menemukan yg sreg sesuai standarnya.
Malam itu kami menginap 1 malam di hotel itu, karena akan  naik kereta malam ke Chiang Mai keesokan hari nya.
Untungnya hotel itu memiliki bagage room, sehingga barang kami bisa di titip sebagian, dan bawaan untuk ke Chiang Mai selama 2 hari bisa diminimalisir menjadi hanya 2 ransel.

Day 1 : Bangkok

Esoknya, hari pertama di Thailand kami habiskan dengan keluyuran di sekitar Grand Palace dan Wat Pho.
Pagi hari kami sarapan di 7-Eleven. Mengakomodir papa yang harus ngopi kalau pagi dan ganjel perut dengan pop mi.
Sesudah itu kami cari tiket kereta untuk ke Chiang Mai malam nanti, dan langsung jalan menuju Grand Palace,
Jalan kaki nya sebetulnya lumayan. Saya sendiri memilih jalan agar bisa sambil melihat - lihat.
Tapi saya lagi - lagi lupa kalau papa dan mama lama ga jalan kaki.
Setangah jalan, si papa udah minta tukeran sepatu...hiks....

Hari itu panasnya pol.
Sayang nya beberapa bagian Grand Palace saat itu sedang direnov dan tidak bisa di masuki.
Lagian cuaca juga super panas sehingga kami lebih cepet cape.
Diantara keluyuran hari itu kami sempatkan nongkrong cantik sambil minum jus dan kue enak di cafe dekat Grand Palace menuju Wat Pho. Yang unik adalah cafe itu berdekorasi dan menjual barang" bertema sailor.




Tanpa banyak kendala, malam itu kami naik kereta malam menuju Chiang Mai.
Tiket kereta sleeper kami beli di agen tur dekat rambutri. Harganya tidak jauh dari referensi hasil browsing.
Ketika pertama naik, kereta ini awalnya tampak seperti kereta biasa dengan nomor di kiri kanan tempat duduk.
Tapi pukul 8 malam, seorang petugas akan membuka bangku - bangku yang tampak biasa itu menjadi temat tidur tingkat atas bawah, lengkap dengan tirai.
Hebatnya lagi, tempat tidur atas itu mampu menampung bobot kami yang tidak bisa dibilang ringan.

bed : before

bed : on progress




pa n ma yang kecapean, akhirnya bisa bobo juga :)

Kamis, 04 Desember 2014

Senin, 20 Oktober 2014

Japan Trip - D6 - Kyoto : (Akhirnya ... ) Makan Enak


Hari ini hari pertama saya explore Kyoto.
Kota yang dulu cuma saya baca dari buku, dan tidak pernah saya bayangkan akan saya datangi.
- beli tiket impulsif itu emang ga ada matinya teman :) -
Bayangan saya, Kyoto itu seperti jogja nya Indonesia.

Hanari Guest House Kyoto sangat bersih dan nyaman.
Pagi ini saya bertemu dengan tamu - tamu lain yang juga sedang bersiap - siap.
Semua yang saya temui tampak seperti orang lokal yang sedang traveling.
atau at least semua asia, bisa saja toh mereka kebangsaan cina, hongkong, atau lainnya.
salah satu teman dormitory dalam kamar berempat yang saya tempati itu adalah perempuan muda kebangsaan cina yang berlogat inggris.
Dalam basa - basi sederhana saya lalu mupeng sama logat nya.
Harry Potter banget deh mbak....

Pagi pertama, saya harus adaptasi dengan tinggal ala dormitory.
Terasa sekali perbedaanya antara tinggal di dormitory dengan kondisi saya sebelumnya di Osaka yang booking 1 kamar untuk sendiri.
Musti bawa barang seabrek untuk mandi - kamar mandi ada di lantai 1 -
Musti antri kamar mandi, wastafel, kompor, dlsb :)
Preparationnya jd lebih lama di banding kalau sewa 1 kamar.
Plus ga bisa nyuci karena pasti ribet setengah mati.
- ada uang ada barang ya kakaaaaaak -

Dengan prediksi yang sama seperti hari sebelumnya - yaitu akan crowded karena hari itu adalah hari minggu -  saya putuskan untuk berangkat pagi.
Jadwal pagi itu adalah Fushimi Inari Shrine, sebuah kuil yang terkenal dengan gate orange berbaris rapi.
Karena lokasinya lebih mudah di capai dari stasiun, maka pagi itu saya putuskan untuk pergi ke stasiun dan ke sana naik kereta.
Kembali berbekal peta dari guest house, saya menuju ke stasiun JR Nijo.
Jalan perumahan di sekitar guest house masih sepi pagi itu.
Matahari cerah dan suhu yang bersahabat - baca : tidak terlalu dingin - membuat hati saya senang dan perjalanan menuju ke stasiun tidak terasa.
Tidak terasa sampai saya mulai ribet baca peta dan bolak - balik nyebrang ga jelas.
Stasiun JR Nijo ini klo dilihat di peta tampak dekat dan mudah, karena malam sebelumnya pun saya datang dari stasiun Nijojo-mae yang "hanya" selurusan dengan JR Nijo.
Tapi jalannya ternyata lumayan, dan beberapa kali nyebrang jalan mulai bikin saya ribet liat peta :D
Untungnya masih bisa bertanya, ketemu mbak - mbak japanese yang juga ternyata mau ke stasiun, plus di tambah bisa ngobrol.
Saya lupa apakah hari itu dari stasiun JR Nijo saya ganti kereta di stasiun Kyoto lalu naik ke Inari, atau direct.
Yang saya ingat, saya sempet kebablasan 2 stasiun sehingga harus balik lagi ..#duh

Peta Kyoto Station dari http://www.japan-guide.com/


190 x 118 (rate waktu itu)



End point station untuk menuju Fushimi Inari 

Karena masih pagi, Fushimi Inari Shrine belum terlalu crowded.
Saya masih bisa mengambil foto dengan santai, berlama - lama di depan kuil lalu naik menuju gate orange.
Strategi yang salah karena ketika saya naik, kuil sudah mulai ramai dan mencari foto sepi yang isinya gate doang jadi agak susah - baca : musti sabar -
Mencoba realistis dengan kemampuan kaki saya yang masih harus digeber penggunaannya sampai minggu depan, saya putuskan untuk tidak naik ke atas dan balik arah sesudah gate pertama.


The Famous Orange Gate
Disekitar kuil,terdapat toko - toko yang menjual suvenir dan cemilan.
Toko suvenirnya serius sehingga membuat saya betah berlama - lama untuk lihat - lihat dan pilih - pilih.
Saya yakin most of it adalah handmade atau minimal made in japan dan bukan cina.
Harganya masih mahal menurut ukuran kantong saya dan dengan perbandingan kota - kota sebelumnya.
Tapi tentu saja perbandingannya jadi tidak apple to apple karena yang saya bandingkan kebanyakan barang yang berbeda.
Kebanyakan suvernir yang saya lihat sebelumnya adalah post card dan gantungan, sementara yg ada di sekitar kuli ini tampak lebih handmade dan serius, beragam dari sapu tangan, suvenir berbentuk rubah khas fushimi inari, dompet kecil motif jepang, dlsb.

Dari area Fushimi Inari saya memutuskan kembali ke area kota dengan naik kereta ke Kyoto Station, mengambil foto di depan gedung bertower di depan stasiun Kyoto, lalu naik bus ke arah tengah kota.
Naik bus di kyoto saya lakukan dengan menggunakan daily bus pass yang dapat dibeli di stasiun ataupun diatas bis via pak supir.
Sementara berdasar info penjaga guest house, peta kyoto yang paling informatif dan handal - yang juga sudah saya uji kebenarannya adalah yang ini  .
Peta ini dapat di temukan dibanyak tempat dan gratis.
Saya sempat ambil beberapa dari guest house.
Penggunaannya memang agak ribet karena selain bahannya tipis, petanya lebaaaar, sehingga sebentar saja pasti sudah sobek. Tulisannya juga kecil dan banyak.
Saran saya, luangkan waktu untuk membaca peta ini lengkap dengan penjelasannya kiri dan kanan, pasti lebih mudah.

Secara impulsif saya putuskan untuk mengunjungi resto masakan indo Hati - Hati  yang terkenal di Kyoto itu.
Impulsif karena saya lapar dan sudah 4 hari belum makan layak pake piring, sendok, garpu serta utamanya nasi dan lauk.
Impulsif karena sejak saya mendarat di negri sushi ini saya hanya makan roti, onigiri, sushi paketan dari supermarket dan mi instan plus nasi.
Memang sih saya sudah research mengenai resto turki Rose Cafe , tapi kan beda yah makanan turki vs makanan indo.

Berbekal peta dan petunjuk dari internet, saya naik bis dan nyasar ...xixixi...
Nyasarnya sesederhana akibat salah turun sehingga harus naik bis nomor lain yang balik arah, lalu kepedean baca peta yang akhirnya muter - muter.
Tapi hari itu cerah and i dont mind at all to be lost.
Jalan keluyuran sambil keluar masuk toko, nemu dompet - dompet cantik buat oleh - oleh.
Menyusuri gang di pinggir sungai dengan pohon berdaun merah berguguran
I DONT MIND AT ALL
Omg, it such a nice day.
Sampai akhirnya saya temukan resto itu tutup saudara - saudara #aaaargh


Yang udah pegel di cari - cari = TUTUP
Ketika saya celingukan, sepasang bapak dan ibu japanese di dekat situ melihat saya.
Sehingga kemudian terjadi komunikasi dengan tingkat saling kepemahaman yg rendah - simple karena kami bicara dalam bahasa yg berbeda.
Inti yang saya dapat adalah : restonya tutup, punya anak saya - buka nya sore - wallahualam bener apa ngga yg info saya terima itu.

Baiklah, lalu saya kembali ke arah saya datang, menemukan starbuck yang dipenuhi pengunjung di perempatan pinggir sungai, dan bergabung untuk minum kopi panas sambil melihat lokal people piknik di pinggir sungai.
Ini bukan pertama kali saya lihat lokal people duduk - duduk santai di pinggir sungai macam di komik dan kartun - kartun jepang itu. Waktu di Osaka, hal yang sama juga saya lihat di dekat Osaka Castle.
Bayangin jeh klo di jakarta mau begitu.
Sementara kopi panasnya adalah hasil nego beli tumbler.
Jadi, beli tumbler kan biasanya memang gratis isi, hanya saja krn tumbernya buat oleh - oleh, ya saya minta isinya di ambil pake gelas untuk diminum ditempat.
Biasanya ga boleh - tergantung manisnya senyum saat nego.
Untungnya hari itu boleh, sehingga saya bisa duduk sebentar melepas hasil nyasar tadi.

Gagal makan enak, saya putuskan kembali ke plan awal mengunjungi Rose Cafe.
Dengan begitu, dari lokasi tersebut saya harus menuju Kawaramachi untuk naik bis menuju halte Kojin-Guchi.
Infonya Rose cafe hanya berapa langkah dari halte itu.

Sekian lama muter - muter dan bolak balik di jalan kawaramachi, saya tidak menemukan halte bis dengan nomor yang saya mau tumpangi.
Walaupun dengan jelas di peta tertulis bahwa nomor bis yang saya cari melintasi di jalan kawaramachi, tapi saya tidak menemukan halte yang menunjukan bis itu berhenti di halte tersebut.
Sesudah cape bolak balik, akhirnya saya sadar bahwa memang sejumlah nomor - nomor bis di peta itu tidak berhenti di halte yang sama dan ada penjelasannya di legend peta sebelah kiri - ada section dan kotak khusus menjelaskan soal bis di kawaramachi dori - .
Thats why pemirsa, sebagai mana saya sudah sebut diatas, demi kemaslahatan betis, luangkan lah waktu untuk menilik lebih jauh setiap peta yang anda punya. #sigh.

Seperti petunjuk, dari halte Kojin-Guchi, Rose Cafe tidak sulit di cari.
Bangunannya mungil, cantik dan bersih.
Rasanya pun tak jauh dari makanan turki yang pernah saya makan ketika saya berunjung ke sana. Yang penting halal :)

Siang itu akhirnya saya berhasil makan dengan piring, sendok dan garpu.
*demi kesopanan, tidak semua makanan yang saya makan saya foto dan upload sini*




Rose Cafe


enyak

Dengan perut kenyang - dan hati senang - saya kemudian berangkat menuju pemberhentian saya selanjutnya :  Ginkaku-Ji Temple.
Lokasinya tidak jauh dari Rose Cafe - kalo di peta cuma lurus, trus belok kanan #halah - dan bisa di tempuh dengan 1x naik bis.
1x naik bis yang diikuti dengan jalan menanjak yang lumayan.
Yap, Ginkaku-Ji Temple, atau sering di sebut juga dengan silver pavilion, memang berada didataran yg lebih tinggi dan dikelilingi oleh perbukitan. Tamannya cantik, luas dan waktu itu penuh dengan warna - warni musim gugur.


Direction to Ginkaku-Ji Temple

Mengikuti path yang ada saya menyusuri taman, berfoto norak di depan pavilion dan mengikuti kerumunan orang berjalan hingga sampai pada kaki bukit dimana semua orang naik.
Setengah perjalanan naik saya mulai kesusahan dan mulai mempertanyakan tujuan saya mengikuti orang - orang ini.
Ketika saya mengambil jeda untuk istirahat, saya persilahkan orang - orang melewati saya sambil memberi isyarat "tinggalkan lah mbak - mbak yang kepayahan karena ga pernah olah raga ini" .
Seorang bule ganteng berkimono melewati saya sambil berbasa - basi, senyum dan memberi semangat. #ambil lap keringet
Lalu saya gunakan kesempatan ngobrol sama bule ganteng itu sambil bertanya : ada apa sih diatas ? kenapa semua pada naik ?.
Bule berkomino itu lalu bilang bahwa pemandangan dari atas bagus dan sebanding dengan jerih payah ini. Ia lalu pergi mendahului saya.

Ternyata bukitnya tidak terlalu tinggi, dan pemandangannya cukup lumayan.
Saya bisa melihat taman dan perbukitan berwarna - warni.
Dalam proses saya mengambil foto, bule ganteng itu nongol lagi.
Lalu kami ngobrol sebentar, dan saya mengambil kesempatan itu untuk bertanya dari masa asalnya.
- sebenernya sih mau tanya, kenapa mas pake kimono ? lokal people yah ? ga dingin apa ? -
Ternyata doi berasal dari luar kota - lupa namanya - dan mengajar bahasa inggris di sana.
Tak lama doi kemudian pamit dan pergi bersama temannya, 2 perempuan jepang berkimono.

Tidak lama di sana, saya kemudian turun dan mengambil jalan keluar.
Waktu itu hari sudah mulai sore dan suhu dingin mulai menggigit.
Sesuai rencana, saya menyusuri the famous philosopher path yang ternyata biasa saja.
Hanya jalan kecil di pinggir sungai kecil dengan perumahan di kiri kanannya.
Mungkin biasa saja karena saat itu mulai gelap dan daun - dan pohon disekitarnya sudah gugur.
Mungkin saat musim semi akan lebih bagus.
Saya sempatkan mampir ke beberapa toko di dekat path itu.
Mayoritasnya adalah kerajinan tangan handmade.


Philosopher Path
Karena sudah gelap dan dingin menggigit, saya putuskan untuk tidak mampir ke Eikando Temple dan langsung ke Gion.
Dengan 1x perjalanan dengan bis menuju Gion, saya kembali ke daerah kota yang penuh dengan lampu, toko dan toko.
Tidak jauh dari halte tempat saya turun, saya bertemu dengan rombongan anak muda yang saya tebak juga mau ke area Gion.
Ternyata mereka adalah anak muda lokal yang sedang menemani teman tamu mereka beberapa orang bule.
Mereka dengan ramah menerima saya, menjawab pertanyaan saya mengenai lokasi paling pas untuk melihat geisha dan - karena searah - mengantarkan saya ke tempat yang dimaksud.
Kami akhirya berpisah di tikungan yang dimaksud.

Menyusuri jalan dengan petunjuk yang diberikan, saya berada disebuah jalan dengan restoran mahal dikiri kanan nya.
Saking santainya, saya malah tidak sigap kamera dan cuma bengong saat melihat seorang geisha melintasi saya dengan terburu - buru, keluar dari satu rumah dan langsung masuk ke rumah lain.
Yah, paling ga udah pernah liat lah...
Malam itu saya habiskan dengan keluyuran di area Gion.

Senin, 07 Juli 2014

Tentang Solo Travel


Seperti sudah diceritakan sebelumnya, trip ke jepang adalah pertama kalinya saya solo travel.
Solo travel ini mungkin bukan big thing buat orang lain, tapi jelas big thing buat saya karena ada di "must to do" list.
Beneran ga sih saya bisa solo travel macam traveler" yg nulis buku itu ? 
Macam bloger traveler yg udah kemana mana itu ?
Kalo urusan nyali, insyaAllah saya punya
Tapi menurut saya solo travel is much more than nyali.
Banyak hal seperti persiapan yang matang, fokus, self control hingga luck.- yes..luck - yang menurut saya punya peran yg sama besar dengan nyali.

Berdasar perjalanan solo travel saya yg pertama kali itu, berikut saya tuliskan beberapa hal yg menurut saya penting bagi solo traveler, terutama female.
Tidak bermaksud mengurui, atau berperan seperti ahli macam female solo traveler kondang - yang saya baca blog nya berkali kali sebagai riset sebelum saya pergi - namun sebagai catatan buat saya dan dummies yg lain.

1. Be prepared...

Any information will help.
Tiap orang memang punya gaya traveling yang beda - beda, ada yg ga suka persiapan detail, ada yg bikin persiapan garis besarnya saja, ada yang ribet detail macam saya, dll.
Tapi kalo mau traveling dengan aman, efektif dan efisien, u better prepare everything in detail
Faktor X memang pasti ada, tapi bisa diminimalisasi dengan persiapan semaksimal mungkin.
Persiapan pasti juga pengaruh ke mental.
contoh : 
Di jepang, informasi exit number yang tepat sesuai tujuan di setiap stasiun, sangat penting dalam mengemat waktu dan tenaga, soalnya stasiunnya itu guede - guede dan antar exit atau bahkan antar line aja ada yang sampe 500m.
Di Jepang, saya pernah desperate setengah mati karena kemaleman di stasiun sepi yang dingin.
Fatal memang karena saya tidak cari tahu jam operasional daerah itu, yang notabene karena daerah pegunungan  - walaupun area turis - jam 10 malem sudah sepi sunyi senyap.

Saat ini semua sudah bisa dicari di internet...jadi manfaatkan internet dengan sangat saat bikin itinerary.
Apakah perjalanan nya akan ditemani mbah google atau tidak, saya lebih suka prepare for the worst alias tanpa mbah google - maksudnya minim koneksi internet kecuali wifi gratisan -

Artinya, semua informasi yang sekiranya akan diperlukan, sudah saya siapkan dalam gadget saya.
Mulai dari info rute dan rute alternatif, peta, harga tiket masuk, jam operasional tempat yang akan di kunjungi, simple languange alias kamus turis, dokumen flight, tiket, booking hotel, sampai capture gambar tempat yang akan dikunjungi.
Kenapa sampai capture gambar ? Well, kalau bertanya dalam bahasa yang sama - sama ga ngerti, akan lebih mudah nunjukin gambar...
Semua saya simpan digadget dengan backup di USB dan email.
Semua dokumen perjalanan dan rundown itinearry itu juga saya email ke orang terdekat atau keluarga, supaya kalau ada sesuatu yang tidak diinginkan, mereka punya cukup data untuk melacak saya.

Jangan remehkan juga pentingnya check in disuatu lokasi dengan social media. Bukan semata untuk pamer ada dimana, tapi agar orang lain bisa melacak lokasi anda, in case kemudian terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Dokumen yang harus diprint saya siapkan dalam kantong plastik kiloan sebelum disimpan di tas.
Hal yang sama juga saya lakukan terhadap uang kertas dalam dompet, passport, dan dokumen pribadi lain.
Tujuannya supaya dokumen itu tidak basah dan rusak jika tas saya terpaksa basah atau kehujanan.

Selain diplastiki, dokumen - dokumen itu juga dipisah dan dilabeli per kota yang akan dikunjungi.
Misalnya dokumen Osaka, Nara, Kobe, Himeji, Kyoto dan Tokyo.
Tujuannya supaya praktis dalam mencari dan membawa.

Nah satu bundel dokumen pribadi mencakup copy passport, copy visa, itinerary, alamat hotel sepanjang perjalanan, alamat dan no telp rumah saya sisipkan di setiap tas yang saya bawa.
Harapannya, kalau tas saya keselip dibagasi, hilang, dlsb, yang berwenang dapat menemukan informasi - informasi tersebut sehingga bisa membantu mengembalikan tas saya ke lokasi dimana saya berada.


2. Jaga stamina

Artinya makan, tidur dan istirahat cukup.
Pada kenyataannya memang susah, karena 3 hal tersebut termasuk yang susah didapat klo lagi traveling.
Urusan makan harus direncanakan dengan matang karena ujung - ujungnya stamina.
Kadang orang berasumsi makan susah saat traveling itu kaitannya cuma sama uang alias penghematan. Padahal belum tentu seperti itu.
Bisa saja karena makanannya susah di dapat, tidak sesuai lidah, itinerary yang padat, dlsb
Kalau mau masuk museum yang tiket masuknya mahal sehingga harus lama supaya ga rugi atau disekitarnya ga ada resto, ya mending bawa bekal.
Lebih ribet lagi urusannya kalau berkunjung ke negara yg makanan halalnya susah.
Antisipasi hal" tersebut dan siapkan solving problemnya.
Tujuannya tentu supaya having fun nya maksimal.
Masalahnya solo travel itu ya solo....sendirian gitu kan ?


3. Fokus

Perhatikan lingkungan sekitar...
Orang" disekeliling, gesturenya, sikapnya, dlsb
Fokus, self awareness dan safety itu erat sekali kaitannya...
Jangan ceroboh, jangan melanggar aturan, jangan memberi celah sedikitpun atas hal" yang bisa menimbulkan masalah...
Hal sepele yg saya rasakan terasa sekali antara solo dan non solo adalah klo travel solo di jalan ga bisa tidur...takut kelewat dari pemberhentian yang dituju, takut bahaya mengundang, dlsb

Kesannya kok berat banget ya...well, ngga juga sih...fun trip is a safe trip isn't ?


4. Be Simple

Soal pakaian dan penampilan yang tidak mencolok serta sesuai dengan nilai - nilai
lokal sudah menjadi standar umum para traveler.
Saya lebih suka semua dalam format seaman dan senyaman mungkin.

Begitupun dengan bawaan.
Walaupun saya tipe ribet yang berharap punya kantong doraemon karena semua mau di bawa
Tapi paling tidak saya tahu apa saja yang saya bawa, dan letaknya di dalam tas saya
(serta disiplin untuk meletakan kembali ditempat yang sama setelah pemakaian)
Jadi klo perlu ga ribet ngebongkar seluruh tas kalau mau ngambil sesuatu.
Usahakan hanya membawa 1 tas sebesar apapun itu.
Usahakan tidak membawa apapun selain 1 tas itu sehingga ga ribet.
(this means HP, dompet, peta, dll semua masuk tas)
Penting dan praktis supaya tidak ada barang tercecer dan tertinggal, apalagi klo lagi buru"
Aman karena pengawasan tidak terpecah sehingga lebih fokus.

Dengan demikian, semoga ga ada cerita barang tercecer di bis, HP ketinggalan di pengecekan barang di bandara, dlsb.

Dalam berbagai bentuk dan macam traveling, baik itu solo, backpack bersama keluarga  - dan papa saya kapok traveling bareng saya -, berdua, bertiga, berempat, berlima dan berenam bersama teman hingga bergerombol puluhan orang...sejauh ini saya paling nyaman solo alias pergi sendiri.

Nyaman karena semua kita putuskan sendiri.
Mau penuh target, mau nyasar, mau leyeh - leyeh, mau apa saja kita tentukan sendiri
dijamin ga pake berantem dan ngotot - ngototan soal jadwal atapun arah peta.
Palingan mengutuk diri sendiri karena ini dan itu...hehe...

Senin, 31 Maret 2014

Japan Trip - D5 - Osaka dan Kyoto


Hari kelima adalah hari terakhir saya di Osaka untuk selanjutnya pindah kota ke Kyoto.
Plan saya hari itu, sekitar tengah hari sudah harus dalam perjalanan ke Kyoto.
Harus siang karena masih harus cari alamat hostel di Kyoto.
Dan nyari alamat malam hari itu jelas beda effortnya dengan saat matahari masih menemani.

Kalau dilihat dari jadwal yang sudah dibuat, beberapa tempat di Osaka yang sudah saya agendakan namun terlewati adalah Shitennoji Temple, Tsutenkaku Tower dan Umeda Sky Building.
Sementara jadwal pagi itu adalah Osaka Castle dengan garden dan taman disekelilingnya.

Saya putuskan unguk memprioritaskan Osaka Castle dan Tsutenkaku Tower.
Osaka Castle karena memang hanya ada di Osaka dan Tsutenkaku Tower karena mengingatkan saya akan film - film Ksatria Baja Hitam jaman kecil dulu -kalo ga salah itu tower suka muncul di adegan bagian mosnter mau ngacak - ngacak kota -
Sementara bangunan tinggi macam Umeda Sky Building saya kalahkan karena masih bisa saya temui di Tokyo dan temple semacam Shitennoji Temple - walaupun tentu saja tidak sama - akan banyak saya temui di Kyoto.

Pagi itu saya harus sedikit sigap dan berangkat pagi karena hari itu adalah sabtu dan pasti lebih ramai.
Sesudah menitipkan tas di loby hotel, saya cek out dan berangkat ke Osaka Castle.
Hari itu adalah hari terakhir saya pakai Kansai Pass saya untuk ke Kyoto.
Sepertinya cukup efektif dan efisien karena sudah dipakai 3 hari bolak balik Nara, Kobe, Himeji, Osaka hingga Kyoto sore nanti.
Sesuai info disini, saya turun di stasiun Tanimachi 4-Chrome untuk masuk via Otemon Gate.
Dalam perjalanan dari stasiun ke castle, saya lewati beberapa kantor lembaga pemerintahan dan taman - taman dengan beberapa orang yang sedang olah raga pagi - enaknya tinggal disini -


Sarapan yang di beli di Lawson dan di makan di taman dekat Osaka Castle :
Segini mah ga nendang buat saya :(

Melewati Sakuramon Gate yang terkenal dengan Octopus Stone nya itu, saya masuk ke area Osaka Castle.
Seperti predikasi, hari itu ramai sekali.
Sampai susah dapat foto yang "enak dilihat" alias ga ada orang berseliweran.
Ramai di taman sekitar castle, di dalam castle, hingga di Osaka-Jo Hall dan lapangan sekitarnya.
Hari itu memang ada acara di sekitar Osaka-Jo Hall.
Tampak penuh oleh anak - anak dalam group - group marching band dan didampingi keluarga mereka.
Disekitar pun ada booth - booth makanan yang menjual jajanan yang ga berani saya lirik -takut kepengen padahal mungkin ga halal-

Osaka Castle
Osaka City View dilihat dari Osaka Castle
 
Sesudah mengunjungi castle, saya berjalan keluar sambil menikmati suasana
Keluar via Aoya-mon Gate, melewati jalan disebelah Osaka-jo Hall, dan terus keluar dengan harapan berujung di stasiun Osaka-jo Koen. - sesuai kata peta -
Melewati jembatan sungai saya melihat beberapa keluarga dan anak muda yang piknik dipinggir sungai,
Persis seperti yang suka ada di film kartun.
Ferry yang melintas, burung - burung di sekitar sungai dan hijau merah daun pepohonan membuat pemandangan sekitar sungai cantik sekali.
Kalau saja tidak panas dan tidak diburu waktu, mungkin saya akan bergabung leyeh - leyeh di sana.
Pada kenyataannya saya tidak berujung di stasiun Osaka-jo Koen.
Beberapa persimpangan membuat saya bingung dan bolak balik ga jelas.
Sampai akhirnya menemukan orang yang bisa membantu dan menunjukan arah.
Saya lupa akhirnya berujung distasiun apa.
Yang saya ingat, saat itu sudah tengah hari dan saya nekat tetep mau ke Tsutenkaku Tower.

Target Tsutenkaku Tower saya selesaikan dalam waktu tidak lama.
Dari stasiun Ebisucho, melewati pertokoan dengan paduan tower itu sendiri.
Lalu shock melihat antrian masuknya.

Antrian masuk hari itu

Saya sempat antri sebentar, lalu ragu karena sepertinya akan sangat terlambat menuju Kyoto.
Foto disekitar tower juga entah kenapa hasilnya selalu backlight.
Sedikit kecewa, saya pun putuskan untuk kembali ke hotel dan segera ke Kyoto.

Perlu diketahui bahwa selama tiga hari saya di Osaka dengan bolak balik stasiun namba, tiap hari pula saya pulang dengan keluar dari exit gate stasiun yang berbeda.
Kayaknya susah sekali nemu exit gate yang kemarin.
Ujung - ujungnya setiap pulang saya selalu muter - muter.
Sore itu adalah yang paling parah.
Mungkin juga di pengaruhi faktor grogi karena sudah buru - buru.
Kekiri dan kekanan semua toko tampak sama.
Ujung - ujungnya balik lagi ke titik yang sama
Seperti yang sudah saya infokan sebelumnya, stasiun namba juga dilengkapi dengan pertokoan dan menempel dengan Mall.
Mall nya besar, kumplit dan barang - barangnya lucu - lucu. belum lagi ga jauh dari situ ada Takashimaya - ya walaupun pasti ga ada yg di beli disitu -, trus jalan dikit ada pertokoan area namba..
Kalau boleh mah bisa lah 1 hari cuma buat keluar masuk toko
Distasiun ini saya nemu beberapa barang dan figuran Peanuts, serta dasi cantik buat papa.
Ga berani beli banyak - banyak karena perjalanan masih jauh

Sesudah menganbil titipan koper di hotel saya balik lagi ke stasiun Namba
- Kalo dipikir - pikir kenapa ga cari loker di stasiun aja ya ...hiks -
Sekali lagi saya mampir ke Tourist Information di stasiun namba untuk mengecek rute ke Kyoto.
Ternyata untuk sampai ke stasiun terdekat dengan hostel saya, dengan kansai Pass yang saya punya - alias ga mau keluar uang lagi - harus ditempuh dengan cukup ribet yaitu bebrapa kali ( lupa apakah 1 atau 2 kali ) transit dan ganti kereta. - ga papa lah ya yang penting murah -

Dengan perjalanan yang aman dan tentram, sekitar jam 8 malam saya mendarat di Kyoto.
Perjalanan dari stasiun Nijojo-Mae tempat saya turun sampai ke hostel lumayan...kayaknya lebih dr 750m.
Melewati Nijo Castle yang tampak lebih kecil dari yang saya bayangkan
At least lebih kecil dari Osaka Castle
Alhamdulillahnya, petunjuk hostel sangat jelas sehingga tidak perlu nyasar apalagi muter - muter.

Selama di Kyoto,saya menginap di Hanari Guest House Kyoto.
Lokasinya memang agak jauh dari stasiun kereta, namun dekat dari halte bis.
Dengan asumsi saya akan banyak naik bis, maka saya pilih menginap disini selama saya di Kyoto.
Guest House ini terdiri atas 2 lantai.
Resepsionis, ruang tv, dapur, kamar mandi, toilet, wastafel dan mesin cuci ada di lantai satu.
Sementara kamar - kamar - atau lebih tepatnya mungkin bilik karena ukurannya yang kecil sekali - serta toilet ada di lantai 2.
Utamanya adalah guest house ini punya female dormitory.
Kamar yang saya tempati ukurannyanya jepang sekali...alias kecil, dengan dua kasur tingkat di kiri dan kanan.
Fasilitas kamarnya lengkap. Semuanya ada diarea pribadi alias diatas kasur, mencakup power, lampu,ear bud, tirai hingga selimut.
Sayangnya dinding kamarnya juga tipis sekali sehingga apapun sampai ke kamar sebelah.
Celakanya saya pack beberapa barang saya dengan plastik...berisik sekali jadinya.
#padahal sudah pernah baca packing guide yang melarang pakai plastik karena berisik :D

Setiap penghuni kamar di beri 1 kunci dan harus mengunci kamar setiap pergi, ada atau tidak penghuni lain di dalam kamar.
Sarapan sederhana berupa roti dan pelengkapnya disediakan oleh guest house.
Selain itu, minum - minuman ringan seperti jus, soda, dan lain - lain juga bisa diambil sepuasnya dari kulkas.

Jalan menuju Hanari Guest House

Hanari Guest House


Selasa, 25 Maret 2014

Japan Trip - D4 - Osaka Bay Area


Dari Nara saya langsung kembali ke Osaka untuk mengujungi tempat – tempat yang sudah saya agendakan.
Realistis terhadap waktu, Umeda Sky Building harus saya coret dari daftar siang itu.
Semoga masih bisa di reschedule besok.

Dalam kereta menuju ke Osaka, saya satu gerbong dengan group anak sekolah, mungkin sekitar kelas 2 atau 3 SD. Walaupun kecil, semua tertib dan teratur.
Sebelum masuk gerbong diberi pengarahan dulu oleh sang guru, masuk gerbong tidak berebut, dan di dalam gerbong tidak ribut.
Karena melihat saya yg "tampak" berbeda, beberapa menghampiri saya dan mencoba berkomunikasi dengan bahasa inggris. Terpatah - patah, ga nyambung, tapi lucu ngeliat mereka colek - colekan supaya ada yg berani ngomomg ke saya.
Bahasa inggris tampaknya menjadi salah satu fokus dalam field trip anak sekolah di jepang. Di  Todaiji Temple tadi, saya lihat anak" sekolah mendekati turis asing - bule maksudnya - untuk diwawancara. - Sempet kepikir, kok saya ga di ajak wawancara yaaaa -

Siang itu saya fokuskan pada Osaka Bay Area, yaitu Universal Studio City, Osaka Aquarium (Kaiyukan), Tempozan Ferris Wheel, dan Naniwa Food Theme Park.
Dilihat di peta, Osaka Aquarium (Kaiyukan), Tempozan Ferris Wheel, dan Naniwa Food Theme Park berada pada lokasi yang sama, sementara Universal Studio City ada di seberangnya, harusnya ga jauh – jauh amat (kata peta lho ya).
Teddy Bear Besaaaaar di depan sebuah cafe dekat Osaka Aquarium. Menggoda minta diajak pulang

Dari stasiun Osakako, petunjuk menuju Osaka Aquarium (Kaiyukan) sudah sangat jelas.
Jelas tidak berarti dekat ya...jalannya lumayan.
Karena saya mau lihat Tempozan Ferris Wheel pada malam hari saya putuskan untuk ke Universal Studio City dahulu.
Tidak untuk masuk sih, Cuma mau foto banci didepan landmarknya, cari suvenir peanuts, dan oleh – oleh kaos hardrock buat papa (kalo ga mahal – mahal amat).
Suvenir Peanuts mudah dicari dijepang. Kemarin sudah nemu beberapa di mall stasiun Namba. Harapan nemu nya jadi lebih besar karena di Universal Studio ini ada juga theme Snoopy.
Dari Osaka Aquarium sebenarnya ada boat menuju Universal Studio, namanya Captain Line.
Infonya bisa ditemukan disini ataupun disini .
Harganya dengan rate saat itu maksimal pp adalah 150rb.
Siang itu sebetulnya pas sekali klo saya mau naik Captain Line.
Kapal yang mau berangkat sudah di depan mata.
Tapi karena saya pelit dan pernah baca soal service boat penyebrangan yang gratis dari Tempozan ke Sakurajima disini, saya putuskan untuk cari service gratis itu.
Ternyata mencari port penyebrangan yang menyediakan service gratis itu tidak mudah.
Setelah bertanya di informasi area Osaka Aquarium, saya dikasih petunjuk arah melewati Ferris Wheel, menyusuri taman lalu .... ga ngerti lagi
Baiklah, Ferris Wheel - lalu taman yang ternyata cantik dengan daun merah berguguran - lalu dermaga bau pesing tempat orang mancing.
Masih persistent, saya lewati orang - orang mancing itu - lalu mentok. #halah
Saya coba bertanya ke salah satu kakek yang lagi mancing, ternyata dermaganya dekat situ, tapi musti keluar dulu memutar taman. 
Balik arah melalui pintu saya masuk tadi, lalu...ga bisa diungkapkan dengan kata - kata tapi saya ngerti lah maksud petunjuknya....lumayan jaraknya.
Akhirnya saya nemu bangunan dengan dermaga.
Penampakannya seperti ini :

Tempozan Ferry

Kalau dilihat dari tempat dan tampaknya, kayaknya betul
Disitu ada ruang tunggu, jadwal, dll
Yang bikin ragu adalah disitu ga ada orang dan yang paling penting : Kapal

Masih persistent, saya tunggu beberapa lama.
Lalu muncullah kapal dari arah seberang....horeeee !!!
Setelah semua orang turun, petugas turun, pintu dermaga di kunci ...lalu hening  #Hahah...piye
Saya tanya ke petugasnya, mereka cuma oke dan tunggu
Ooo kayaknya belum jadwalnya
Tapi yang bikin saya bingung,,,kok mereka naik ke kantor atas...jangan - jangan mau bobo sore.

Gak berapa lama penumpang lain mulai berdatangan, dan petugas mulai bersiap - siap.
Baiklah, ini Jepang, dimana semua terjadwal dan teratur.
Saat saya menyebrang, matahari mulai tenggelam...
Alamat kemaleman lagi ini mah

Sunset saat menyebrang
Nyari dermaganya ternyata lebih lama dari nyebrangnya yang cuma 5 - 10 menit.
Masalahnya ternyata tidak berhenti disitu.
Dermaga Sakurajima yang kalo dipeta cuma beberapa milimeter dari Universal Studio, ternyata jauuuuuuuuuuh.
Entah apa karena saya salah ambil jalan atau memang jauh.
Pada kenyataanya, langit sudah gelap saat saya sampai di Universal Studio.

Foto banci, cari suvenir dan mampir hardrock cafe kemudian selesai dalam waktu tak lama.
Suvenirnya sedikit mengecewakan karena barang"nya mayoritas buatan c***.
Sementara suvenir hardrocknya juga mengecewakan karena mahal.
Jadilah saya tidak berlama - lama karena harus mengejar jam tutup Osaka Aquarium.
Kapok dengan proses menyebrang sebelumnya, saya putuskan untuk kembali ke Osaka Aquarium dengan Captain Line, yang dermaganya sangat dekat dari Universal Studio.

Captain Line : Crew nya perempuan semua

Sekitar jam 7 malam saya masuk ke Osaka Aquarium Kaiyukan.
Demikian sehingga saya termasuk yang terburu - buru karena aquarium itu tutup jam 8 (info).
Aquariumnya besar dan luas....
Penghuninya di kelompokan berdasar habitat. Contohnya Aleutian Islands, Ecuador Rainforest, Seto Inland Sea, Monterey Bay, Gulf of Panama, Antartica, Japan Deeps, dan lain sebagainya.
Walaupun waktu saya mepet, saya sempat berlama - lama melihat tingkah polah pinguin yang lucu, bermacam ubur - ubur yang cantik - cantik, serta membayangkan ikan - ikan dan udang - udang besar itu diatas piring #slurups
Sempat sedih terbersit bahwa mereka seharusnya ada di laut lepas.

Menatap tajam seolah bertanya : kenapa aku disini ?

Klo yang ini lagi bolak - balik show off ke pengunjung : Santai dulu kakaaaaaaak

Angin malam yang dingin menciutkan nyali saya untuk naik Tempozan Ferris Wheel
lagian tampak sudah terlalu malam, saya putuskan kembali ke hotel.

Sabtu, 22 Maret 2014

Japan Trip - D4 - Nara

Hari keempat, semangat, tenaga dan perlengkapan perang saya masih full...
Sebisa mungkin saya siapkan kondisi fisik mendukung.

Kendala saya soal stamina ini adalah urusan makanan.
Simply karena cari makan halal susah.
Hasil research infonya semua ramen itu kaldunya dari daging babi. - olala -
Saya putuskan hindari semua makanan berkuah.
Gorengan juga bahaya karena bisa saja minyaknya dari binatang yang sama.
Ujung - ujungnya sushi, onigiri, kebab dan lainnya yang ramah buat muslim.

Makan pagi sejauh ini dengan kopi atau air jahe...plus roti dari jakarta...masih enak dimakan dan belum berjamur ..hehe
Siang hari dalam perjalanan, saya selalu berusaha nemu yg bisa dimakan dari supermarket...bisa paket sushi...atau minimalnya onigiri tuna.
Sementara di tas selalu ada fitbar dan roti kalau mendadak laper...atau susah nemu makanan.

Makan malam hari pertama beli takoyaki di area dotonburi...malam kedua beli nasi instan di 7-11 yg dipanaskan di microwave...lalu di bawa pulang untuk dimakan dengan pop mi.
Setiap malam pasti bikin jahe hangat dan tolak angin...

Jaga kesehatan juga saya lakukan dengan minum yg banyak. 
Untuk minum, saya selalu beli air kemasan 2 liter dan jus jeruk 500ml seharga 100an yen. 
Pun selalu ada air mineral kecil dan jus jeruk 500ml. 
Di jepang, harga air 2L dan jus jeruk karton lebih murah dari air 500ml.... mungkin karena faktor botol plastik.

Gak lupa juga tolak angin, imboost dan vitamin c. *maap nyebut merek

Teman saya sudah jauh" hari bilang klo japan trip means walking trip....
Karena jalan nya extra dan extra... miles and miles *lebay
Mencegah kaki merana..kaki selalu saya rendam air panas dan oles krim ajaib setiap sebelum tidur.
Kayak mau perang yah...
Tapi siapa mau ambil resiko sakit saat solo travel, pada suhu yang tidak biasa buat manusia tropis.
Bukan suhu, tapi kondisi cape dan susah cari makan halal lah kendala terbesar saya...secara saya gembul dan jarang olahraga.

Hari ke tiga ini jadwal saya explore Nara dan Osaka.
Pagi pagi saya sudah naik kereta ke nara.
Todaiji Temple, dan Nara umumnya terkenal dengan rusa jinak yang berkeliaran dan suka ngejar" turis yang bawa makanan.

Dari stasiun ke Todaiji Temple sangatlah mudah.
Walaupun jalannya lagi" lumayan, tapi petunjuk arahnya jelas dan peta - peta area bertebaran di pinggir jalan.
Kalau masih bingung juga, ikutin aja turis" yang berkeliaran....mayoritas pasti ke arah sana.
melewati gedung - gedung pemerintahan dan taman kota, suasana autumn terasa sekali.
daun - daun merah berjatuhan, udara sejuk, tapi matahari masih bersinar cerah.

Mendekat ke temple saya nemu anak laki" yg dikejar" rusa karena bawa sekantong makanan rusa yang memang di jual di sekitar temple.
Hari itu Todaiji Temple nya ramai, baik itu oleh pengunjung turis, kunjungan anak sekolah, maupun keluarga dengan anak" kecil.
Sebelum masuk gate temple, pengunjung akan melewati area taman dengan rusa berkeliaran dan toko - toko suvenir.
Taman itu juga dilengkapi dengan dengan kolam dan pepohonan yang bentuknya jepang banget.



Dihari ketiga ini saya sudah ga norak liat pohon berdaun kuning dan merah.
Tapi karena pohon dan taman si temple ini sejauh ini adalah yang paling cantik...jadilah saya sempatkan foto foto di taman itu.
Antara taman dan temple dibatasi dengan gate masuk yang bentuknya seragam dengan temple.
Digate masuk itulah kita beli tiket. 1 tiket dan satu brosur berbahasa jepang di berikan ke pengunjung saat masuk.
" no english ?" tanya saya
si bapak penjaga menjawab dengan bahasa yang saya tidak mengerti
dibalikin aja brosurnya gimana ? #ga ngerti juga #akhirnya brosurnya dimasukin tas ajah

Nggak ngerti :(
Todaiji Temple

Patung dalam Todaiji Temple : Mirip ekspresi emak dan baba gw klo gw lagi ijin mau main :)

Puas keliling dan foto - foto, saya memutuskan untuk meninggalkan temple dan mencari Kofukuji Temple.
Kofukuji  Temple terkenal dengan 5 level pagoda nya dan berada tidak jauh dr stasiun.
Karena mau hemat energi, saya putuskan untuk naik bis dari halte dekat Todaiji temple ke stasiun.
Ternyata klo naik bis, jarak yang tadi saya tempuh dengan jalan kaki terasa dekat sekali.
Baru aja duduk, eh udah nyampe.....klo ga salah cuma ngelewatin 2 halte.
Dari stasiun, saya lihat peta arah menuju Kofukuji  Temple.
Olala, ternyata musti balik arah 1 halte.
Klo kaya gini namanya buang" uang buat naik bis....

Kofukuji Temple
Kofukuji Temple saat itu sedang di renovasi, sehingga saya putuskan untuk tidak masuk.
Sementara, foto - foto diluar juga tidak terlalu menarik karena siang itu mulai mendung.
Tak lama di sana, saya berjalan kembali ke arah stasiun untuk mencari Rifrekan – second-hand shop.

Info mengenai Rifrekan – second-hand shop, tidak sengaja saya dapat ketika sedang browsing mengenai Nara.
Toko ini, jual barang bekas dan baru.
Barang bekas disini termasuk perhiasan hingga kimono.
Saya sempat lihat perhiasan yang di jual di sana, yang walaupun bekas - harganya masih ampun - ampun buat dompet saya.
Cantik memang, beda sama design perhiasan di indonesia.
Kimono bekasnya juga masih bagus dan yang pasti terjangkau harganya.
Disini saya nemu 1 Obi baru yang lucu cuma dengan harga 1000yen.

Tidak mau pengalaman kemaleman di Kobe terulang, sekitar tengah hari saya kembali ke Osaka untuk target selanjutnya.

Selasa, 04 Februari 2014

My First Photo Contest


Dalam tulisan saya sebelumnya mengenai Persiapan ke Jepang , sempat saya singgung mengenai free wifi dari link Visit Japan.
Dari link yang sama, saya dapat info mengenai photo dan video contest saat kunjungan ke Jepang.
Berangkat dari modal iseng, saya submit beberapa photo saya...
and guess ??
Saat diumumkan awal tahun 2014 kemarin .....

I WON !!!!!




ini foto saya yang terpilih memenangkan hadiah kedua
- nyesek memang ada di posisi kedua sementara hadiah posisi pertama adalah tiket pesawat Jakarta - Jepang PP -



Foto ini saya ambil dengan kamera Panasonic FZ-50 saat special night opening di Kiyomizu-dera Temple.
Walaupun hadiahnya "hanya" Tiket Universial Studio Osaka lengkap dengan penginapan - dengan batas waktu tertentu yang tentu saja tidak bisa di jual dan tidak mungkin saya pakai karena urusan cuti - saya cukup happy bahwa saya menang.

Cukup untuk justifikasi bahwa saya kemudian "boleh" beli kamera yang lebih powerfull.
- yang pada kenyataannya emang udah suka sebel karena udah suka mentok sama kemampuan kamera prosumer itu -

Jadi, beli SLR kita ?