Jumat, 06 Desember 2013

Japan Trip - D1 - D2 - In Flight, Rinku Factory Outlet & Namba Area


Setelah hampir enam bulan kepala saya mikir solo travel ke jepang, hari H itu akhirnya datang.
Hari itu saya ke kantor dengan koper, melarikan diri jam 2 siang karena takut kejebak macet,
dan berangkat dengan mulus.
Walaupun connecting flight, tampaknya jadwalnya sedikit mepet karena saya harus lari" saat transit.
Dan benar saja, flight ke Osaka saat itu sudah final call.



Selfi Pertama ...masih belajar dan belum ahli

Esok paginya saya mendarat di Bandara Haneda - Osaka.
setelah imigrasi, toilet dan beberes...agenda utama saya adalah mencari Tourist Information Center (TIC) dan Post Office (PO).
Tourist information center adalah tempat wajib mampir di setiap hop perjalanan, apalagi baru landing.
Kalaupun ga ada kepentingan, paling nggak bisa cari brosur, peta atau bahkan info diskon.
Pagi itu saya perlu ke TIC karena harus beli Kansai Pass Tru untuk 3 hari transportasi saya di area kansai. 
Sementara saya perlu ke PO untuk beli eConnect, sim card untuk internetan yang menurut saya harganya reasonable.
Walaupun travel solo, paling ga saya "ditemani" mbah google. 

Urusan di TIC aman dan lancar.
Saya sempat duduk dan ngobrol sama mbak - mbak dari negara tetangga melayu yang travel bersama orang tuanya. 
Jadi ingat waktu nge-backpack ke Thailand bareng Mama dan Papa. 
Lucunya si mbak memuji bahasa inggris saya yang katanya jauh lebih bagus dari orang indonesia lain yang dia kenal. 
Hmmm...maksudnya TKI gitu ya ?

Sementara urusan di PO gagal total.
Waktu saya ke PO dan bilang mau beli eConnect , mereka tanya apakah saya punya nomor registrasi. 
Dan waktu saya bilang ga punya, mereka ga bisa kasih itu eConnect.
Waktu itu masih belum "dong" apa masalahnya.
Mau connect buka webnya eConnect  juga ga bisa krn ga nemu wifi yang layak.
Ngebayangin traveling tanpa internet kok ya agak repot.

Setelah sekian lama saya akhirnya berhasil konek dengan WiFi bandara.
Lalu chat dengan teman yg berencana juga ke Jepang dan sepertinya sudah membaca detail web nya eConnect
Ternyata sim card nya harus dibeli via online dan diminta untuk dikirim ke suatu tempat.
Bisa Hotel atau Post Office.
Baru ngeh itulah mengapa si mbak di PO menanyakan nomor register.
Mungkin nomor resi atau pengiriman. 
Well, salah saya ga baca secara detail.
Sekian lama membuang waktu soal sim card ini, dengan putus asa akhirnya saya putuskan untuk pergi
Dalam perjalanan menuju keluar, saya melewati beberapa provider yang menawarkan koneksi internet untuk turist.
Namun harganya jauh lebih mahal dari eConnect.  
Di Jepang, telepon genggam dan nomornya memang hanya untuk residen yang punya alamat tetap.
Sementara untuk turis, pilihannya hanya sim card internet, hand set khusus internet atau modem WiFi.

Sekitar jam 10, saya beranjak dari bandara menuju Rinku Premium Outlet
Letaknya di Rinku Town yang ga terlalu jauh dari Haneda. 
Kayaknya ga mungkin belanja karena beberapa testimonial yang saya baca di internet bilang kalo harganya mahita. 
Tapi apa salahnya mampir..pengen liat outlet mahal. 
Kebetulan juga hari itu ada winter sale. 
Ada dua cara menuju Rinku Premium Outlet, yaitu via bis dan kereta. 
Via Kereta memang lebih cepat,tapi lebih mahal.
Sementara via bis waktu itu cuma 100 Yen
Saya pun memilih via bis. Detailnya disini.

Rinku Premium Outlet


Sesampainya disana, saya masukan tas ke loker yang harganya lumayan - kalo ga salah 50rb deh.
Lalu muter - muter. 
Barangnya lucu - lucu.....baju musim dingin yang tampaknya merk lokal juga bagus dan lucu. 
Harganya memang masih lumayan, tapi dalam kisaran wajar apalagi lagi sale. 
Cuma masih kurang "lucu" untuk traveler yang bawa uangnya terbatas plus masih hari pertama alias belum kemana - mana. 
Saat itu dengan justifikasi "cuma bawa jaket tipis sementara cuaca lebih dingin dari perkiraan", saya putuskan beli 1 sweater GAP seharga 400rb-an. 

Sekitar jam 3 (atau 4 ?) saya meninggalkan Outlet menuju Namba dengan kereta. 
Stasiun kereta tidak jauh dari Rinku Premium Outlet dan bisa ditempuh dengan jalan kaki via pertokoan.
Karena hari itu hanya satu kali naik kereta, saya putuskan untuk tidak menggunakan Kansai Pass Tru.
Saat itulah pertama kali kenalan dengan mesin penjual tiket yang katanya hobi makan banyak sekali uang para traveller.
A bit nervous awalnya, tapi lalu baik - baik saja karena sudah banyak baca infonya di internet.
Untungnya pula stasiunnya sepi sehingga ga banyak yg harus ngantri nungguin saya.

Dikereta saya duduk sebelahan sama mbak japanese yang mau mudik ke kyoto untuk menghadiri pernikahan kakak laki - lakinya.
Dengan bahasa inggris yang sepatah - sepatah bahkan dengan bantuan translator ponsel,
kami memulai komunikasi sederhana.
Sesederhana itu saya bisa merasakan keramahan orang - orang Jepang.
Saya bahkan di beri sepotong kue mochi yang seyogyanya dibawa untuk oleh - oleh keluarganya.
Untungnya saya bisa tukar dengan pembatas buku jogja yang memang saya siapkan untuk saat - saat seperti ini.


Saya sampai di Namba saat langit mulai memerah.
Keluar dari stasiun bukan hal mudah karena tidak ada petunjuk exit terdekat dengan hotel. 
Sesudahnya, mencari hotel seperti teka teki selanjutnya yang harus saya pecahkan. 
Sempat berputar - putar, saya ditolong seoang bapak -tampak seperti traveler- yang membantu mencari hotel saya dengan GPS.
Tuh kan, internet itu ngebantu banget deh.

Hotel Kikuei - seperti review - review yang saya sudah baca di internet - berada dalam kondisi "cukup".
Lokasinya cukup dekat dari stasiun Namba, tapi petanya sedikit sulit dibaca (atau faktor kebodohan saya ?)
Kamarnya kecil tapi cukup. 
Internetnya lancar dan cepat, tapi cuma bisa diakses dari area lobby.
Semua fasilitas dalam kamar oke.
Front desk nya ramah.
What else do you need then ?
Tidak mewah, tapi sesuai kebutuhan. 



Kacanya ga sampe muka


Kamar mandinya bersih, walau kecil dan bathtub nya ukuran anak - anak

Setelah tarik nafas dan beberes, saya lanjutkan malam itu dengan keluyuran di area Namba.
Menyusuri Dotonburi, foto di depan Glico Running Man, makan Takoyaki, mampir ke toko Little Osaka, dan yang lainnya sampai hampir jam 10 malam.
Namba area malam hari memang ramai. Apalagi di area turis dekat icon pertokoan namba yg terkenal dengan tampilan toko yg penuh figurin besar. Malam itu dingin, tapi saya nyaman.
Lebih nyaman lagi ketika saya merasa aman, tidak ada yg mengamati saya, atau melihat dengan aneh mbak - mbak jilbaban yg keluyuran sendirian ini.
Toko - toko di area namba sungguh menggoda. klo ga kepikir bahwa perjalanan masih panjang, pasti koper udah di penuh"in sama belanjaan.
Hebatnya malam itu saya ga beli apa - apa.
Semua di kalahkan dengan pemikiran : koper berat - di tokyo juga nanti ada - harusnya di tokyo lebih murah...dlsb

ini enyaaaaaaaak

Sebelum tidur saya sempatkan email ke eConnect dan cerita mengenai kebodohan saya serta apakah ada cara lain saya bisa dapatkan sim card mereka
Ternyata oh ternyata mereka bisa kirim ke hotel tapi perlu 2 hari pengiriman.
Saya konfirmasi, order, payment dan wallaaaaa....ternyata semudah itu.

Hari itu capeknya maksimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar