Rabu, 25 Desember 2013

2013 dan 2014


so new year is almost there
and 2013 is soon become a past
2013 is not an easy year for me
truly not an easy year

seperti kata agnes dalam lagu nya Matahariku :

Ucapkan matahariku puisi tentang hidupku
Tentangku yang tak mampu menaklukan waktu

Berjuta warna pelangi di dalam hati
Sejenak luluh bergening menjauh pergi
Takada lagi cahaya suci
Semua nada beranjak aku terdiam sepi

Tahun ini, saya belajar berdiri sendiri
benar" sendiri jasmani rohani lahir batin
beraaaat rasanya
tapi harus belajar - supaya bisa mandiri - tidak bergantung - dan tidak berharap pada orang lain
as my friend said :

lo lahir sendiri
lo mati juga sendiri
kenapa lo takut hidup sendiri berdiri di atas kaki sendiri ?

bukan artinya saya menjauhkan semua orang
saya toh tetap manusia yang katanya mahluk sosial
tapi belajar dari sakitnya berharap ....
saya pun belajar preparing for the worst case - dalam hal ini, tidak bergantung - dan tidak berharap pada orang lain.

soal 2014, segala perbaikan tentu jadi target
terutama hubungan dengan Sang Pencipta
sungguh saya banyak lalai :(

Pencapaian tahun 2013 pun tidak cukup banyak
saya lebih fokus menata hati...walaupun banyak gagalnya
tapi target solo travel dan sertifikasi dasar Alhamdulillah sudah 
perjalanan turki dan jepang pun pengalaman yang luar biasa
yang masih gagal ? belajar sabar

sementara untuk 2014, plan nya InsyaAllah
1. Belajar fotografi serius abis ...suka ga puas klo main ke t4 cakep tp ga bawa kamera cakep
2. rinjani mei 2014
3. kalau kondisi rate rupiah oke, mungkin cubes ke korea
4. klo ga oke ? kita ke flores dan sail komodo aja 
5. to be continue...

semua selalu bisa berubah ...kan ?
 
 




Senin, 09 Desember 2013

Japan Trip - D3 - Himeji & Kobe


Pagi itu saya sarapan dengan roti yang saya bawa dari Jakarta
Hotel Kikuei menyediakan requested sarapan yang di book ketika check in.
Saya memilih untuk tidak pesan karena takut tidak atau penyiapannya tercampur dengan yang tidak halal.

Hari ini jadwal saya Himeji dan Kobe.
Di stasiun saya sempatkan mampir ke Tourist Information Center (TIC), untuk croscek info yang sudah saya punya.
Yang saya suka dari TIC stasiun Namba adalah mereka "siap perang"
Ketika kita bilang mau kemana, mereka selalu keluarkan dokumen penjelasan atau peta terkait.
Dengan begitu, penjelasan lebih mudah daripada cuma bla bla bla kiri kanan ga jelas.
Saya bahkan dikasih peta stasiun Namba.
Yap, stasiunnya memang besar sekali dengan sekian banyak gate in dan out sehingga kemungkinan muter - muter ga jelas sangat besar.

Ini hari pertama saya menggunakan Kansai Pass Tru.
Kenapa pakai 3 day Kansai Pass seharga 500Rb-an dan bukannya 7 day JR Pass Tru seharga 2,8-juta an ?
Well, pertama karena itinerary saya ga meliput banyak kota - sementara JR Pass, sejauh info yang saya baca cocok untuk yang tingkat
Bolak balik antar kota atau perjalanan jarak jauhnya tinggi.
Karena kebanyakan saya mondar - mandir hanya di area Kansai (Osaka - Kobe - Himeji - Nara - Kyoto) dan perjalanan jarak jauh nya
hanya Kyoto - Hakone dan Hakone - Tokyo, maka saya pikir saya tidak perlu JR Pass.

Pertimbangan lainnya sbb :
1. Tidak praktis karena terikat dengan JR
Kalau mau hemat, penggunaan JR harus efektif dan efisien.
Itu artinya selama 7 hari harus terikat dengan JR dan hanya JR.
Padahal belum tentu stasiun terdekat di TKP adalah stasiun JR.
Untuk stasiun besar memang biasanya jadi 1 gedung, tapi antar gatenya jauh-jauh
Sementara stasiun kecilnya biasanya berbeda antara JR dengan perusahaan lain.

2. Jumlah uang yang dikeluarkan.
Kalau saya beli JR Pass, tetap ada kemungkinan saya harus mengeluarkan uang lagi saat menggunakan kereta lain dan bis.
contohnya di Kyoto, praktisnya naik Bis, maka di sarankan beli 1 day pass yang per harinya 500 Yen

Jadi sebenernya, menurut saya berapa pun yang kita keluarkan untuk Pass yang kita pilih, tetap akan ada extra charge untuk hal" yang tak terduga dalam hal ini pilihan transportasi lain yang lebih menarik saat di TKP.

Demikian sehingga saya pilih Kansai Pass.
Pertimbangannya tentu beda" untuk tiap itinerary.
Yang jelas, bagaimana pun Pass tetap harus di pertimbangkan karena bisa lebih hemat (apalagi klo pake resiko nyasar) dan praktis (ga ngantri).

Hari itu cerah dan tidak terlalu dingin
Perjalanan ke Himeji aman dan tentram
Dari stasiun menuju himeji castle pun petunjuknya jelas.
Himeji Castle memang sedang direnovasi, tapi mengingat nama besarnya...saya putuskan untuk tetap pergi ke sana.

Castlenya megah dan besar.
Masih bisa di bayangkan gambarannya saat masih jadi castle dulu
Disini saya bertemu dengan rombongan anak sekolah yang antri dengan rapi.
Yang menarik, seragamnya sama persis seperti di komik - komik jepang

sekitar jam 2 siang saya meluncur ke Kobe.
Target saya di Kobe sebetulnya banyak.
Mulai dari Mesjid Kobe, Botanical Garden, China Town, hingga area Kobe Port.
Sayangnya karena siang itu waktunya ga cukup, saya putuskan mencoret Mesjid Kobe dan Botanical Garden.
Yang lainnya harusnya masih bisa direalisasikan karena 1 arah.

Ternyata saya sampai di Kobe saat hari mulai gelap.
Sebenernya, klo dilihat di peta, untuk ke Meriken Park (area pelabuhan) lebih deket ditempuh dari Stasiun Motomachi.
Tapi karena sore itu serba ragu, saya akhirnya turun di stasiun Sannomiya.
Saya kemudian sempatkan mampir ke Kobe Information Center yang tidak jauh dari stasiun, untuk konfirmasi dan minta petunjuk arah. 
Lalu jalan...dan jalan...mengikuti petunjuk, bahkan sempat tanya beberapa kali ke orang - orang yang saya temui di jalan.
Pede saya akan arah dan petunjuk berkurang karena hari mulai gelap, sehingga sesering mungkin bertanya menurut saya lebih baik dari pada kejauhan muter kalau nyasar. 
Ternyata jarak stasiun ke area port lumayan jauh
China Town yang 1 arah terpaksa harus saya skip dan cuma foto gerbangnya aja
langsung lanjut ke Kobe Port Tower.
Well, niatnya emang ke area port saat malem supaya lampu"nya yang keren itu keliatan
Tapi ga kemaleman kaya gini sampe semua harus di skip - hiks
Saya sampai di Kobe Port Tower sekitar pukul 17.30 waktu setempat.
Tapi langit sudah gelap sekali dan dinginnya melebihi hari sebelumnya saat saya di Osaka
Kemungkinan besar karena saya di dekat laut.

Hari itu ternyata ulang tahun Kobe Port Tower.
Tiketnya di diskon hingga 150 Yen.
Saya naik ke atas dan menikmati pemandangan area port Kobe.
Di atas, ada toko suvenir yang menjual beberapa barang yang lucu.
Sayangnya saat itu saya pikir harganya cukup mahal, dan memutuskan untuk cari toko suvenir lagi di area sekitar.
Ternyata pun tidak ada, dan mau balik ke atas lagi...yang diatas udah tutup.
Belum rejeki tampaknya.
Tapi yang harus di perhatikan adalah jam tutup Kobe Port Tower.
Klo ga salah saat itu sekitar jam 7. tapi area tower sudah sepi.


Kobe Tower

Selesai di area tower, saya lanjut ke area taman disekitar situ.
Masih ramai karena sedang ada acara.
Tak jauh dari situ pun ada pertunjukan air mancur musikal dengan warna warni yang cantik.
Tidak lama di sana karena takut kemalaman, saya lanjutkan dengan kembali ke Osaka.

Sesampainya di hotel, ternyata eConnect saya sudah sampai
Padahal katanya 2 hari, tapi ternyata 1 hari sudah sampai
Bahagianya mbah Google datang.
Malam itu sebelum tidur saya sempatkan email ke eConnect untuk say thank you dan konfirmasi penerimaan barang.
Gaya ih bisa email"an dari kasur instead of loby hotel :D

E-Connect nya sudah sampai :)


Jumat, 06 Desember 2013

Japan Trip - D1 - D2 - In Flight, Rinku Factory Outlet & Namba Area


Setelah hampir enam bulan kepala saya mikir solo travel ke jepang, hari H itu akhirnya datang.
Hari itu saya ke kantor dengan koper, melarikan diri jam 2 siang karena takut kejebak macet,
dan berangkat dengan mulus.
Walaupun connecting flight, tampaknya jadwalnya sedikit mepet karena saya harus lari" saat transit.
Dan benar saja, flight ke Osaka saat itu sudah final call.



Selfi Pertama ...masih belajar dan belum ahli

Esok paginya saya mendarat di Bandara Haneda - Osaka.
setelah imigrasi, toilet dan beberes...agenda utama saya adalah mencari Tourist Information Center (TIC) dan Post Office (PO).
Tourist information center adalah tempat wajib mampir di setiap hop perjalanan, apalagi baru landing.
Kalaupun ga ada kepentingan, paling nggak bisa cari brosur, peta atau bahkan info diskon.
Pagi itu saya perlu ke TIC karena harus beli Kansai Pass Tru untuk 3 hari transportasi saya di area kansai. 
Sementara saya perlu ke PO untuk beli eConnect, sim card untuk internetan yang menurut saya harganya reasonable.
Walaupun travel solo, paling ga saya "ditemani" mbah google. 

Urusan di TIC aman dan lancar.
Saya sempat duduk dan ngobrol sama mbak - mbak dari negara tetangga melayu yang travel bersama orang tuanya. 
Jadi ingat waktu nge-backpack ke Thailand bareng Mama dan Papa. 
Lucunya si mbak memuji bahasa inggris saya yang katanya jauh lebih bagus dari orang indonesia lain yang dia kenal. 
Hmmm...maksudnya TKI gitu ya ?

Sementara urusan di PO gagal total.
Waktu saya ke PO dan bilang mau beli eConnect , mereka tanya apakah saya punya nomor registrasi. 
Dan waktu saya bilang ga punya, mereka ga bisa kasih itu eConnect.
Waktu itu masih belum "dong" apa masalahnya.
Mau connect buka webnya eConnect  juga ga bisa krn ga nemu wifi yang layak.
Ngebayangin traveling tanpa internet kok ya agak repot.

Setelah sekian lama saya akhirnya berhasil konek dengan WiFi bandara.
Lalu chat dengan teman yg berencana juga ke Jepang dan sepertinya sudah membaca detail web nya eConnect
Ternyata sim card nya harus dibeli via online dan diminta untuk dikirim ke suatu tempat.
Bisa Hotel atau Post Office.
Baru ngeh itulah mengapa si mbak di PO menanyakan nomor register.
Mungkin nomor resi atau pengiriman. 
Well, salah saya ga baca secara detail.
Sekian lama membuang waktu soal sim card ini, dengan putus asa akhirnya saya putuskan untuk pergi
Dalam perjalanan menuju keluar, saya melewati beberapa provider yang menawarkan koneksi internet untuk turist.
Namun harganya jauh lebih mahal dari eConnect.  
Di Jepang, telepon genggam dan nomornya memang hanya untuk residen yang punya alamat tetap.
Sementara untuk turis, pilihannya hanya sim card internet, hand set khusus internet atau modem WiFi.

Sekitar jam 10, saya beranjak dari bandara menuju Rinku Premium Outlet
Letaknya di Rinku Town yang ga terlalu jauh dari Haneda. 
Kayaknya ga mungkin belanja karena beberapa testimonial yang saya baca di internet bilang kalo harganya mahita. 
Tapi apa salahnya mampir..pengen liat outlet mahal. 
Kebetulan juga hari itu ada winter sale. 
Ada dua cara menuju Rinku Premium Outlet, yaitu via bis dan kereta. 
Via Kereta memang lebih cepat,tapi lebih mahal.
Sementara via bis waktu itu cuma 100 Yen
Saya pun memilih via bis. Detailnya disini.

Rinku Premium Outlet


Sesampainya disana, saya masukan tas ke loker yang harganya lumayan - kalo ga salah 50rb deh.
Lalu muter - muter. 
Barangnya lucu - lucu.....baju musim dingin yang tampaknya merk lokal juga bagus dan lucu. 
Harganya memang masih lumayan, tapi dalam kisaran wajar apalagi lagi sale. 
Cuma masih kurang "lucu" untuk traveler yang bawa uangnya terbatas plus masih hari pertama alias belum kemana - mana. 
Saat itu dengan justifikasi "cuma bawa jaket tipis sementara cuaca lebih dingin dari perkiraan", saya putuskan beli 1 sweater GAP seharga 400rb-an. 

Sekitar jam 3 (atau 4 ?) saya meninggalkan Outlet menuju Namba dengan kereta. 
Stasiun kereta tidak jauh dari Rinku Premium Outlet dan bisa ditempuh dengan jalan kaki via pertokoan.
Karena hari itu hanya satu kali naik kereta, saya putuskan untuk tidak menggunakan Kansai Pass Tru.
Saat itulah pertama kali kenalan dengan mesin penjual tiket yang katanya hobi makan banyak sekali uang para traveller.
A bit nervous awalnya, tapi lalu baik - baik saja karena sudah banyak baca infonya di internet.
Untungnya pula stasiunnya sepi sehingga ga banyak yg harus ngantri nungguin saya.

Dikereta saya duduk sebelahan sama mbak japanese yang mau mudik ke kyoto untuk menghadiri pernikahan kakak laki - lakinya.
Dengan bahasa inggris yang sepatah - sepatah bahkan dengan bantuan translator ponsel,
kami memulai komunikasi sederhana.
Sesederhana itu saya bisa merasakan keramahan orang - orang Jepang.
Saya bahkan di beri sepotong kue mochi yang seyogyanya dibawa untuk oleh - oleh keluarganya.
Untungnya saya bisa tukar dengan pembatas buku jogja yang memang saya siapkan untuk saat - saat seperti ini.


Saya sampai di Namba saat langit mulai memerah.
Keluar dari stasiun bukan hal mudah karena tidak ada petunjuk exit terdekat dengan hotel. 
Sesudahnya, mencari hotel seperti teka teki selanjutnya yang harus saya pecahkan. 
Sempat berputar - putar, saya ditolong seoang bapak -tampak seperti traveler- yang membantu mencari hotel saya dengan GPS.
Tuh kan, internet itu ngebantu banget deh.

Hotel Kikuei - seperti review - review yang saya sudah baca di internet - berada dalam kondisi "cukup".
Lokasinya cukup dekat dari stasiun Namba, tapi petanya sedikit sulit dibaca (atau faktor kebodohan saya ?)
Kamarnya kecil tapi cukup. 
Internetnya lancar dan cepat, tapi cuma bisa diakses dari area lobby.
Semua fasilitas dalam kamar oke.
Front desk nya ramah.
What else do you need then ?
Tidak mewah, tapi sesuai kebutuhan. 



Kacanya ga sampe muka


Kamar mandinya bersih, walau kecil dan bathtub nya ukuran anak - anak

Setelah tarik nafas dan beberes, saya lanjutkan malam itu dengan keluyuran di area Namba.
Menyusuri Dotonburi, foto di depan Glico Running Man, makan Takoyaki, mampir ke toko Little Osaka, dan yang lainnya sampai hampir jam 10 malam.
Namba area malam hari memang ramai. Apalagi di area turis dekat icon pertokoan namba yg terkenal dengan tampilan toko yg penuh figurin besar. Malam itu dingin, tapi saya nyaman.
Lebih nyaman lagi ketika saya merasa aman, tidak ada yg mengamati saya, atau melihat dengan aneh mbak - mbak jilbaban yg keluyuran sendirian ini.
Toko - toko di area namba sungguh menggoda. klo ga kepikir bahwa perjalanan masih panjang, pasti koper udah di penuh"in sama belanjaan.
Hebatnya malam itu saya ga beli apa - apa.
Semua di kalahkan dengan pemikiran : koper berat - di tokyo juga nanti ada - harusnya di tokyo lebih murah...dlsb

ini enyaaaaaaaak

Sebelum tidur saya sempatkan email ke eConnect dan cerita mengenai kebodohan saya serta apakah ada cara lain saya bisa dapatkan sim card mereka
Ternyata oh ternyata mereka bisa kirim ke hotel tapi perlu 2 hari pengiriman.
Saya konfirmasi, order, payment dan wallaaaaa....ternyata semudah itu.

Hari itu capeknya maksimal.

Senin, 11 November 2013

Japan Trip : Preparation

Periode Mei - November saya gunakan sebaik - baiknya untuk persiapan.
Mulai dari bikin time plan what to-do, ngumpulin softcopy travel guide book dan browsing kiri kanan atas bawah untuk bikin itinerary dan yang paling penting : nabung.

Time Plan 
Time plan disini adalah time plan preparation.
Kapan saya harus mulai "jaga" nominal tabungan untuk aproval visa
Kapan musti aply visa
Kapan musti monitor rate yen
Apa aja yang musti di bawa - sedetail"nya sampai berapa bekal roti dan pop mi yang musti di bawa, baju apa saja, matchinginnya gimana, syalnya berapa, warna apa aja, jaketnya, kapan bisa nyuci,dll
Kapan musti packing - tentu saja erat kaitannya dengan segala keribetan saya klo packing
dan lain sebagainya

Saya putuskan untuk aply visa di awal oktober.
Artinya nominal tabungan sudah harus di jaga sejak bulan juli (3 bulan sebelum)
Walaupun beberapa teman bilang nominal tabungan saya sudah cukup untuk pengajuan,
Tetep aja waktu itu saya sempet khawatir dan pinjem punya orang tua untuk diendapin,lalu di kembalikan segera setelah visa approved.
Sayang banget kan klo gagal karena urusan visa...lalu hangus tiketnya  #duuuuh

Dokumen perjalanan pun saya siapkan sedetail"nya
Selain membuat hard copy nya untuk disisipkan disemua tas yg saya bawa, soft copy nya pun saya simpan di hp, tablet dan email.
Tidak hanya itu, seluruh dokumen lain seperti peta hotel, peta tujuan wisata, gambar tujuan wisata, dlsb nya pun saya simpan di hp, tablet dan email.  

Hotel
Booking hotel saya lakukan via layanan booking online, serta email langsung ke hotel tersebut.
Komparasi antara layanan booking online dan kontak langsung hotel baik itu via web/email perlu dilakukan karena tidak jarang ada perbedaan harga atau availability.
Pemilihan hotel saya kaitkan dengan transportasi. Karena mobilitas di Osaka banyak naik kereta, maka saya pilih hotel dekat stasiun, sementara karena di Kyoto mobilitas lebih banyak via bis (dengan bis day pass), maka saya pilih hotel yang dekat dengan bus stop.

Urusan hotel adalah yang nomor satu saya dahulukan, mengingat periode perjalanan saya termasuk peak
season.
"Ujian" pertama datang saat suatu sore di akhir bulan september, dimana saya di email oleh layanan booking online yang menginformasikan bahwa hotel yang sudah saya booking di Osaka bangkrut.
Sedihnya saya harus kehilangan beberapa dolar booking fee, dan harus cari hotel lagi untuk di Osaka

Ittinerary
Untuk ittinerary, selain screening travel guide book dan berbagai sumber share perjalanan lain, panduan yang sangat lengkap bisa didapat dari Japan Guide , Osaka City , dan situs resmi jepang lain.
Waktu itu bahkan sempat apply free wifi via Visit Japan.
Karena ini solo travel pertama buat saya, maka saya putuskan tidak terlalu ambisius dalam hal mobilitas antar kota.
Target saya hanya target" yang common untuk turis, dalam hal ini Osaka, Kobe, Nara, Himeji, Kyoto, Hakone dan Tokyo, dengan base di 4 kota yaitu Osaka, Kyoto, Hakone dan Tokyo (kota lain di laju dalam 1 hari ).  
Berikut itinerary saya selama 12 hari :



detail dan ambisius sekali ya sodara - sodara...