Kamis, 01 Januari 2015

Thailand : Backpacking with Parents (2)


Tidur di sleeper train sepanjang perjalanan bangkok - chiang mai suprisingly nyaman dan nyenyak.
Mungkin karena kami cape luar biasa hari itu, khusus nya papa dan mama.

Pagi itu kami sampai di stasiun Chiang Mai sekitar pukul 8.
Dari dalam kereta saya sudah mengingatkan mama untuk tidak menggubris para calo hotel atau transportasi yang berkerumun menyambut penumpang yang baru sampai.
Saya minta mama menunggu sementara saya dan adik cari info soal hotel.
Awalnya it works.
Sampai kemudian mama mulai terbujuk dan deal dengan salah satu calo. #sigh
Dibawalah kami dengan mobil menuju sebuah hotel dekat Chiang Mai Night Bazaar.
Hotelnya lumayan, walaupun saya lupa nama hotelnya dan tidak mau tahu berapa published rate sebenarnya.

Hari pertama Chiang Mai kami habiskan dengan mengunjungi Wat Phra That Doi Suthep dan Night Bazaar.

Pa and Ma @ Wat Phra That Doi Suthep

Belanja ? serahkan saja pada mama :)
 
Hari kedua di Chiang Mai kami habis kan dengan leyeh - leyeh.
Pa dan Ma memutuskan untuk jalan berdua disekitar hotel dan cari Thai massage di sekitar lokal.
Sementara saya dan adik jalan keluyuran ga jelas di sekitar hotel dengan agenda utama : mencari tur ke Chiang Rai untuk esok hari.
 
Setelah melewati beberapa agen tur, kami berhenti pada sebuah agen kecil yang dari luar tampak kurang meyakinkan. 
Sebab nya hanya satu : Mbak sang penjaga yang luar biasa ramah dan helpfull.
Kami diberi semua jawaban yang kami ingin tahu mengenai Golden Triangle Tour, dan dicarikan info mengenai bis ke Bangkok pada malam hari nya.
Jadi rencananya adalah esok pagi kami akan dijemput oleh mobil Tur yang akan berangkat menuju ke Chiang Rai, dan didrop malam hari nya langsung ke terminal bis untuk melanjutkan perjalanan ke Bangkok.
Sementara tas kami ? diambil dihotel oleh si mbak pagi hari nya adan akan diantar ke terminal malam hari nya.
Berkali - kali saya konfirmasi apakah waktu antara selesainya tour kami sampai ke terminal dan waktu keberangkatan bis tidak bentrok.
Masalahnya hanya satu : saat itu bersamaan dengan demo dan mobilisasi besar -besaran kelompok kaos merah di Bangkok. Sehingga : Tiket bis susah di cari.
Si mbak yang luar biasa itu sampai bolak - balik ke terminal cari tiket bis.
Sangat helpfull.
Kami hanya bisa berdoa semua akan berjalan sesuai rencana, sehingga tidak ada uang dan waktu yang terbuang sia - sia.
 
Esok paginya sesuai rencana kami di jemput oleh mobil Tur.
Semacam elf dengan penumpang yang sudah terisi oleh 1 keluarga bule dengan beberapa anak kecil dan menyisakan 1 baris di bangku paling belakang.
Saat itu saya masih waras dan kami berempat yang besar - besar ini duduk manis berdempetan di belakang.
Dalam perjalanan naik pula seorang perempuan yang kemudian memperkenalkan diri sebagai guide tour hari itu. Saya lupa namanya.
 
Mobil kami melaju dan berkelok - kelok selama hampir 3 jam sebelum sampai di sebuah tempat semacam hot spring water.
Lumayan untuk meluruskan kaki dan melihat - lihat pemandangan.
Dalam perjalanan, duduk berempet - empetan dengan jalan berkelok - kelok tentu sangat tidak nyaman.
Saya mulai tidak waras dan memaki diri sendiri kenapa mau di pack di belakang yang jelas untuk 3 seat sementara kami bayar untuk 4 orang.
Meanwhile anak - anak bule itu duduk manis sendiri" semata karena mereka naik duluan.
Tentu tidak pas kalau protes di tengah jalan.
Jadi kesempatan berhenti di hot spring saya gunakan untuk komplein pada si tur guide.
Nyerocos panjang lebar mengenai kenapa saya bayar 4 person tapi di pack di belakang yang sebetulnya cuma untuk 3 person ? kenapa anda sebagai guide naik belakangan dan tidak mengecek kondisi peserta tur sehingga ini bisa terjadi dan lain - lain.
 
Akhirnya kami disediakan 1 seat lagi dengan memindah anak kecil bule itu ke bangku yang saya ga peduli dimana.
Papa cuma komentar : "untung anak kita galak ya ma"
Duh, saya sudah menyiksa mereka selama 2 jam :(
 
Pemberhentian selanjutnya adalah : White Temple atau Wat Rong Khun.
Dari hasil hoogling, anggapan saya temple ini adalah temple tua yang terletak di pegunungan chiang rai, sakral dan damai.
Kenyataaanya temple ini terletak dipinggir jalan raya yang sibuk, dan baru saja di bangun beberapa tahun sebelum kami datang.
Kecele deh.
Pa and Ma @ White Temple



Sesudah kecele di white temple tur berlanjut dengan mengunjungi Golden Triangle. Kami di drop ke sebuah dermaga dengan kapal kecil untuk menyebrang ke Laos. Tentu saja tidak melewati perbatasan. Hanya untuk melihat area golden triangle lebih dekat, dan melihat" belanjaan di area pemberhentian yang katanya sudah bagian dari negara Laos itu.
 
Saat itu papa heboh dengan display segala toples berisi pengawetan binatang beriming - iming khasiat masing - masing, sementara mama heboh nemu batik dengan tulisan made in indonesia.
Ah, sudahlah.
 
Sore hari sebelum kembali ke bangkok, kami mengunjungi desa suku leher panjang.
Duduk - duduk sebentar, keliling sebentar, belanja - belinji sebentar.
Menurut saya pada akhirnya tidak terlalu menarik dan sudah terlalu komersil.
Pada kunjungan ini sang tur guide meminta foto bersama dengan keluarga saya dan mengakui kalau ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai tur guide. - dan tentunya meminta maaf atas segala kekurangan ....
Pantesaaaaaaaaan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar