Bali emang selalu ngangenin.
Saya sudah beberapa kali ke bali dalam bentuk perjalanan yang berbeda
Bersama teman satu angkatan kuliah waktu KKL, waktu itu cuma naik turun bis sana sini ga jelas, di sela kunjungan ke perusahaan, mau kemana mana juga susah krn uang terbatas - maklum mahasiswa -
Bersama teman main, dengan itinerary yang sangat kumplit, mulai dari leyeh - leyeh, tracking, sampai rencana snorkling yang berakhir dengan jalan kaki keliling pulau lembongan pake baju renang. complicatedly stupid.
Waktu sama teman ini saya merasakan bali yang sebenarnya.
Bergaya turis di ubud, menginap di penginapan dengan sawah organik di sekelilingnya, mencoba mendaki gunung batukaru - walau gagal karena tidak diperbolehkan oleh penjaga pura dan hanya berakhir di pura Batukaru - yes, gunung itu memang tampak misterius sekali saat itu -, memandang terasering sawah di jatiluwih, tracking melewati kebun bunga dan markisa yang sedang di panen, menginap di penginapan sederhana berasritektur bali, mampir ke bali botanical garden, melihat pagi yang berkabut di pura ulun danu bedugul, hingga mengelilingi pulau nusa lembongan dengan jalan kaki :)
Bersama keluarga, niatnya nyenengin papa dan mama - walau merekapun sudah pernah ke Bali..
Tujuannya pergi ke tempat - tempat yang mereka belum pernah...dari liat kecak di uluwatu, sewa motor keliling ubud, hingga leyeh" di hotel pinggir jurang di payawangan.
Saya belum pernah ke bali sendiri.
Dan tampaknya bali cocok untuk contemplating sendirian.
Pun aman untuk female solo travel -
Maka balilah tujuan saya untuk kabur dihari lahir saya.
Beberapa tahun belakangan ini memang kabur selalu menjadi agenda di hari lahir.
Kenyataannya saya menghindari masuk kantor di hari itu
Rasanya jengah ketika semua orang memberi selamat
Dan utamanya menghindari pertanyaan soal menikah
so its another story ya....
Akhirnya tiket pesawat dibeli dan hotel pun di booking.
Sudah fix liburan saya selama 5 hari di bali
its a date with myself -
Ini pertama kali pergi sendiri...
Maunya banyak sekali
Mau ke Amed, mampir di sini, lalu ke sana, berakhir di ubud
Sampai makin dekat dengan hari H, belum ada yg saya fixed kan selain ubud.
Akhirnya saya fixed kan ubud dengan pesan hotel di ubud untuk 3 hari terakhir.
Perasaan khawatir cengo planga plongo sendirian pun masih ada
akhirnya saya email ke milis backpacker untuk cari teman ke Amed
niat nya di ubud tetep pengen sendirian karena pengen contemplating #halah
Hasilnya nihil, nemunya malah temen ke ubud selama 5 hari itu
dan karena faktor malas, jadilah saya batal ke Amed
dan keluyuran luntang lantung selama 5 hari di ubud :)
2 dari 5 hari
selebih nya saya belum punya penginapan.
Jadilah dengan
modal telp penginapan sederhana yang pernah saya inapi dulu bersama teman,
saya
booking tempat di Rojas homestay di jalan Kajeng.
Rojas Homestay -
best part : lokasi strategis
Beberapa tahun
lalu ketika saya menginap bersama teman, tempatnya bersih, sarapannya luar
biasa enak karena mas – mas yang jaga homestay itu bikin pancake pisang yang nendang banget.
Plus buah, teh dan kopi. Bonus lainnya adalah suasana bali yang kental karena musik bali yang sering terdengar dari gedung sebelah. Tampaknya tempat latihan tari.
Jadi saya pikir
tak masalahlah kalau menginap lagi disitu selama 2 hari itu.
H-1 sebelum berangkat, saya sempatkan browsing travel bandara - ubud.
Dapat info Xtrans yang lokasi poolnya ga jauh dr bandara.
Tetep harus naik taksi dari bandara, tapi ga jauh.
Itu pertama kalinya saya naik Xtrans diluar jalur Jakarta - Bandung.
Dan ternyata...penumpangnya cuma satu dan hanya satu : saya
Selama lima hari di ubud itu saya di temani teman baru dari milis ibp.
Jadwal dan agenda kami memang berbeda : ada yang mau yoga, belanja, nonton pertunjukan tari, makan babi, dlsb.
Tapi diluar jadwal - jadwal itu kami melancong bersama, makan, makan, makan dan makan lagi.
beneran cuma pindah dari 1 cafe ke cafe lain.
Dari cafe cozy di tengah ubud, ke bebek bengil, ke sari organik di tengah sawah, dan terus pindah.
Cuma makan, ngobrol dan ketawa - ketiwi - Teman baru tapi asyik -.
Rojas Homestay saat itu tidak secantik dulu.
Kamar dan spreinya kotor, dan yang paling penting : Pancakenya tidak seenak dulu.
Soal kamar, mungkin saya yang sudah ganti kelas. Saya memang jadi lebih pemilih sekarang...
Makan pinggir jalan sudah rewel klo sedikit aja keliatan ga bersih, naik kereta udah ga mau bisnis, dlsb. Tapi diluar itu semua, saya yakin penginapan itu memang sudah tidak seperti dulu.
Hasilnya ga betah dan pengen segera pindah.
Untung nya hotel kedua saya : d'omah - memenuhi standar kalayakan saya.
Beda jadwal antara teman baru tidak hanya sebatas agenda, tapi juga jadwal pulang.
Pada akhirnya saya yang terakhir pulang.
Sehingga ada hari dimana saya tetap bisa contemplating, sendiri menikmati hidup.
Agenda saya sendiri saat itu tidak banyak : nonton pertunjukan tari di saraswati temple ubud - taman teratainya luar biasa -, birthday morning leyeh - leyeh di starbuck ubud - dengan view taman yang indah -, morning walk di tjampuhan ridge, dan having me time tentunya.
Semua tercapai -
Melancong bersama teman.
Makan, ngobrol dan ketawa ketiwi di cafe - cafe dan resto enak diubud.
Makan malam di tempat makan yang pelayan dan pengunjung nya salsa bareng.
Kepanasan di Sari Organik.
Naik motor cekikikan di tengah sawah.
Nonton pertunjukan tari di saraswati temple.
Leyeh - leyeh di starbuck ubud sambil menikmati view tamannya yang keren
Menikmati pagi dengan keliling ubud naik motor sampai tidak tahu arah
Morning walk di tjampuhan ridge ( plus dikejar anjing !!!! )
Nongkrong sendirian di cafe kecil sambil makan quiche bayam dan teh panas.
Nyobain jus sayuran yang ga enak,
Hunting barang lucu, bahan kebaya lucu
Hunting nasi ayam kadewatan ibu Mangku
Hingga menyaksikan upacara pembakaran mayat dari awal sampai akhir.
Such a perfect birthday getaway
Good friends, Great Times
Tidak ada komentar:
Posting Komentar